Susu yang
identik akan kalsium, kemurnian dan semua kebaikannya bahkan tak diragukan juga
dapat menawarkan racun. Tak ayal kita sering dapati kata ‘susu’ dalam
deretan kata-kata mutiara, ini semua karna kebaikan yang luar biasa dari susu.
Kita menikmati
susu saat ini dengan instannya tanpa harus berfikir betapa rumit dan peliknya
proses yang telah dilalui yang datang dengan kemasan yang beragam rupa menarik,
susu ini kita minum karena kepercayaan akan adanya perpindahan kebaikan susu
tersebut pada diri kita. Namun, kenyataannya tidak demikian adanya.
Fino seorang
anak tunggal yang terlahir dikeluarga terbilang penuh akan kekurangan, orang
tuanya hanya mampu menhidupi keluarga kecil mereka dengan dengan sang ayah yang
hanya memiliki profesi penggarap sawah milik saudagar, tiada daya mereka yang
sudah renta untuk menduduk kan sang Fino kecil di bangku sekolah.
Di balik
kekurangan yang memenuhi hidupnya, namun dia tumbuh dengan kasih sayang dan
ajaran kebaikan hidup serta bimbingan agama yang terbaik dari orang tuanya,
Fino tumbuh dengan senyuman lebar di wajahnya dengan setiap orang yang ia temui,
semua cerminan kebaikan yang terpancar darinya semata – mata hanya ajaran luhur
dari orang tua tanpa ada sokongan makanan dan minuman mewah seperti susu yang
kaya akan kebaikan.
Suatu waktu
Fino ikut membantu ayahnya turun kesawah, di pertengahan hari yang terik, ia
dan ayahnya rehat sejenak sambil santap siang yang telah dibekali oleh ibunya
di pagi hari. Dikala itu pula, datanglah seorang anak sebaya Fino bernama Rian
berpenampilan layaknya orang yang penuh kecukupan terlihat dari warna kulit dan
pakaian yang melekat padanya, dengan lagat sombongnya berkata “yah?, kenapa tukang ini tidak bekerja di
sawah kita?”. Ya, ialah anak dari saudagar yang memperkerjakan ayah Fino
yang dipercayakan atas bagian dari sawah yang ia miliki. Lanjut ayahnya dengan
nada datar menjawab pertanyaan anaknya “nak
jangan gitu paman ini sedang istirahat dan ini temen kamu namanya Fino”.
Dikala kedua
orang tua mereka berbincang tentang pekerjaan, Fino dan Rian bermain bersama,
di tengah bermain Rian terpeleset dari pematang sawah sehingga jatuh ke sawah
dan mengotori baju Rian, Fino dengan spontannya menyodorkan tangannya dari
pematang sawah”sini aku bantuin” dan
Rian pun menggapainya. Melihat pakaian Rian yang penuh dengan lumpur, Fino
langsung membuka bajunya dan memberikan pakaiannya kepada Rian “Rian kamu pakai baju aku aja, baju kamu
kotor”tawar Fino, “Nggak ah aku gak
mau bekas kamu” jawab rian sambil menggeleng, “kamu tau kan lumpur itu kotor dan penuh kuman, kamu bisa kena diare, penyakit
kulit dan lain-lain lebih baik kamu pakai punya aku aja, masih bersih dari pada
kamu pakai baju berlumpur”. Setelah mendengar penjelasan dari Fino, Rian
langsung mengambil baju di tangan Fino yang telah dibukanya “sini aku pakai”.
Few
hours later their parents come back and meet their childern, “why you wearing Fino’s cloth?” richman
said, “I slipped on the rice filds when
played with Fino, my cloth is full of mud, he suggest to wore his cloth because
muddy cloth could make me sick because of bacteria inside the mud and then i
take him cloth and wore it” Rian said. “how
smart and kind you are? Are you drank
milk? What kind of that?” Rich man said. “I’m didn’t drink milk, of course we have no money to bought that lux
thing, my father told me to be kind person to everyone, and I’m happy to help
others” Fino said with friendly smilling face.
The
rich man just speechless and looks like feels so sad and the parents of Fino
smile and feels so proud of his son.
Milk
it’s lux thing by several people, almost every people of course want to get this
thing because they hope the good and pure things from milk can be effected by
someone who drink it, but some of them can not get it because of their
unability. But fortunattely, milk can’t make sure that we can be kind and good
person but good education and love from parents is.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar